JAKARTA, KORANSATU.ID- Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta dukungan seluruh komponen bangsa untuk berjuang mati-matian mengembalikan UUD 45 kepada naskah asli dan kemudian disempurnakan melalui amendemen dengan teknik adendum.
Menurutnya, semua pihak harus menggunakan akal, pikir, dan dzikir dalam memperjuangkan itu semua. Dia tidak ingin peristiwa 1998 terulang, apalagi sampai ada korban untuk melakukan perubahan tersebut. Hal itu disampaikan LaNyalla dalam Seminar yang digelar Forum Doktor dan Cendekiawan Indonesia (FDCI) dengan tema “Menyempurnakan dan Memperkuat Sistem Bernegara Rumusan Pendiri Bangsa, di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen.
Dalam keterangannya kepada wartawan dia menyatakan berharap proses ini terjadi atas kesadaran kolektif bangsa, bahwa sistem hari ini ada yang salah. Kesadaran itu harus lahir sebagai legacy dari orang-orang yang berpikiran waras dan jernih, ujarnya, Rabu (27/9/2023).
“Saya perlu dukungan dari rakyat, termasuk Forum Doktor dan Cendekiawan Indonesia di sini. Saya tidak ingin mengorbankan siapa saja. Saya tidak ingin ada keributan di negara kita, kita ingin mengembalikan dengan cara yang santun dengan baik, kemudian semua legowo, tanpa ada keributan,” kata LaNyalla penuh semangat.
Dia menambahkan, pengembalian Undang-undang Dasar 45 sesuai naskah asli, untuk kemudian kita sempurnakan dengan cara yang benar, bukan dengan mengganti sistem bernegara ala Barat seperti sekarang. “Tapi harus benar-benar berazaskan Pancasila,” katanya.
Pada kesempatan itu, LaNyalla berharap pada masyarakat untuk tidak menyalahkan Presiden Jokowi, terutama pada pihak-pihak yang membencinya atas sistem kenegaraan amburadul yang berjalan saat ini. Sebab, hal yang patut disoroti, kata dia, adalah konstitusi saat ini, di mana Jokowi dianggap hanya sekadar menjalankannya saja.
Siapapun presidennya harus taat pada konstitusi dan peraturan perundangan yang berlaku. Persoalannya konstitusi kita sejak reformasi telah dibajak menjadi Konstitusi yang individualis, liberal, dan kapitalistik, katanya.
“Dan pilpres langsung serta dominasi partai politik semakin membuat bangsa ini kehilangan jati diri aslinya. Kita sudah menjadi bangsa yang durhaka kepada para pendiri bangsa,” tandasnya. (John Andhi Oktaveri)