BREBES, KORANSATU.ID – Teriak histeris para siswa SMA Negeri 3 Brebes pecah ketika sirene berbunyi. Mereka berlari keluar kelas dengan kepala ditutupi tas dan buku, lalu menuju tengah lapangan dan berkumpul. Kemudian datang tim (search and rescue/SAR) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Palang Merah Indonesia (PMI) guna menyelamatkan siswa yang terjebak di kelas. Sebanyak lima siswa terluka terkena reruntuhan tembok akibat gempa hingga harus mendapatkan pertolongan dan dilarikan ke rumah sakit.
Kejadian gempa tersebut merupakan simulasi kebencanaan saat terjadi gempa di sekolah setempat, dalam rangka Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB), Jumat (26/4/2024).
“Hari ini peringatan untuk penangulangan bencana ada di SMAN 3 Brebes, kita semua mengedukasi dan melibatkan siswa untuk mengatasi, memberikan informasi dalam penanggulangan bencana,” ucap Pj Bupati Brebes Iwannudin Iskandar SH MHum usai pelaksanaan apel.
Iwan mengatakan, peringatan HKB tahun 2024 merupakan tahun ke-8 mengusung tema Siap Untuk Selamat, Indonesia Tangguh, Indonesia Hebat.
“Kesiapsiagaan bencana perlu dibangun dari awal sejak dini dimulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga. Partisipasi masyarakat sangat penting dalam penanggulangan bencana, masyarakat di daerah rawan bencana, bersama-sama dengan pihak yang berwenang menjadi subjek atau pelaku,” jelasnya.
Menurut Iwan, edukasi dan sosialisasi sangatlah penting dalam meningkatkan budaya sadar bencana. HKB juga mendorong pelibatan komunitas untuk berbagi praktik baik ketangguhan masyarakat dan dikemas dalam bentuk produk literasi kebencanaan.
“Masyarakat perlu tahu bagaimana tata cara maupun prosedur kebencanaan. Oleh karenanya edukasi juga dibarengi dengan simulasi secara rutin, melibatkan seluruh lapisan masyarakat, minimal satu kali dalam satu tahun ada latihan atau simulasi,” terangnya.
Iwan berharap, kegiatan simulasi ini dapat memberikan gambaran bagi seseorang secara individu maupun masyarakat di wilayah rawan bencana tentang bagaimana standar operasional prosedur (SOP) yang harus dijalankan ketika sewaktu-waktu terjadi bencana.
Kalakhar BPBD Brebes Nushy Mansur menyampaikan, potensi bencana terbesar di Brebes yakni banjir, tanah longsor dan tanah bergerak. Itu sering terjadi dan frekuensinya juga sangat sering, terutama longsor dan tanah bergerak.
“Penanggulangannya melalui konektivitas dari kantor BPBD dengan posko-posko di lapangan, ketika musim penghujan atau kemarau kita tetapkan siaga darurat, kita siapkan dengan penangulangan terutama musim hujan, kita mendirikan lima posko yaitu di Sirampog, Bumiayu, Salem, Bantarkawung serta Ketanggungan,” jelasnya.
Kata Nushy, kegiatan ini untuk mengingatkan bahwa kesiapsiagaan itu perlu dibangun walaupun merasa aman, karena bencana tidak pernah tahu kapan datangnya dan berapa risikonya.
“Simulasi yang diadakan untuk melatih bagaimana kita secara mandiri mengatasi bencana setidaknya dari diri masing-masing, karena dengan penanggulangan mandiri lebih sukses mengurangi tingkat kecelakaan atau korban yang ada,” ucapnya.
Nushy mengimbau, semua unsur masyarakat harus terlibat dalam kebencanaan. Tahun ini melibatkan anak didik, karena mereka jumlahnya besar. Dia berharap apa yang mereka tahu tentang bencana bisa diinformasikan, menjadi agen sadar bencana dengan menyampaikan kepada keluarga, saudara serta masyarakat. (Rusmono)