JAKARTA, KORANSATU.ID- Selagi orientasi pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) masih untuk jangka pendek dengan mengejar prestasi maka dunia persepakbolaan Indonesia tidak akan pernah maju.
Demikian dikemukakan Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda dalam diskusi bertajuk “Harapan Kemajuan Sepak Bola dengan Nahkoda Baru PSSI” bersama pengamat sepak bola Kesit B Handoyo di Gedung Parlemen, Kamis (2/3).
Diskusi itu terselenggara atas kerja sama Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) dengan Biro Pemberitaan DPR.
Menurut politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut, dari sisi level regulasi sebenarnya PSSI di bawah kepemimpinan baru Erick Thohir telah punya landasan yang kuat untuk memajukan dunia persepakbolaan. Pasalnya, sudah ada Undang-undang Keolahragaan Nomor 11 Tahun 2022 selain Inpres yang secara khusus mengatur langsung soal persepakbolaan.
Hanya saja, Syaiful menilai PSSI selama ini terjebak dengan target prestasi jangka pendek, sedangkan dari aspek industrinya ditinggalkan.
Padahal, ujarnya, mengejar prestasi sepak bola itu tidak mudah dan tidak bisa dalam waktu pendek mengingat sejak dulu banyak persoalan yang dihadapi dan belum tuntas.
“Dari pengalaman panjang kita, prestasi sepak bola tidak bisa dicetak dalam waktu sekejap dan cara pandang ini harus diubah. Kita tidak boleh lagi terjebak dengan paradigma lama,” ujarnya.
Karena itu, dia meyakini industrialisasi sepak bola harus didahulukan daripada prestasi kalau harus memilih. Selain itu, PSSI juga butuh pemimpin yang punya komitmen dan konsisten untuk mengawal berbagai agenda perubahan dalam rangka perbaikan dunia sepak bola.
“Kita berharap kalau prestasi masih butuh waktu, saya kira Erick Thohir bisa menyicil untuk perbaikan ekosistem penciptaan ekosistem industri yang lebih baik bagi sepak bola kita ke depan,” ujarnya.
Sementara itu, Kesit B Handoyo menyatakan optimistis PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir akan mencatat kemajuan mengingat pengalamannya selama ini.
“Pengalaman dia untuk berkiprah di sepak bola itu dapat, apalagi langsung levelnya Eropa. Dia juga pernah terlibat di Persija meski memainkan peran di balik layar,” ujarnya.
Namun demikian, Kesit mengatakan salah satu tantangan besar bagi Menneg BUMN itu adalah bagaimana menyamakan visi dan misinya dengan pengurus lainnya. Dia mengakui tidak mudah bagi Erick untuk mengekseskusi sejumlah program karena ada prinsip kolektif kolegial atau kesepakatan bersama berdasarkan dukungan suara.
“Jadi memang bicara figur saya pikir apa yang dimiliki oleh Pak Erick Thohir ini sangat mumpuni, tinggal bagaimana dia kemudian menjalankan program-programnya di PSSI yang sifatnya kolektif kolegial,” katanya.
Saat ini ada 15 kepala di sana yang mungkin isi otaknya berbeda-beda untuk melihat sebuah program. Inilah yang harus di cermati apakah kemudian dia akan mampu memimpin gerbongnya ini menjadi satu visi, satu misi agar tidak terjadi konflik kepentingan. Ghifary.