TAPSEL, KORANSATU.ID – Forum Kerukunan Umat Beragama ( FKUB ) Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) melaksanakan dialog desa/kelurahan sadar kerukunan. Kegiatan itu direncanakan di Lima Belas kecamatan se kabupaten Tapanuli Selatan, yang di mulai 16 Maret 2022 sampai selesai secara bergilir.
Acara yang mengambil tema ” Perkokoh kerukunan umat beragama dengan mengutamakan moderasi beragama “, diadakan di aula kantor Camat Sayurmatinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan, Rabu (16/3/2022).
Pantauan di lapangan, Narasumber Drs. Dahlan Harahap, B. SC dengan membawa judul makalah Masalah Penumbuhan persaudaraan masyarakat majemuk dari perspektif Kristen, sementara itu Dr. H. Akhiril Pane dengan judul makalah Kerukunan umat beragama dalam bingkai keislaman, kedaerahan dan ke Indonesia.
Peserta diikuti oleh tokoh agama umat islam , tokoh agama umat Kristen, tokoh masyarakat se Kecamatan Sayurmatinggi.
Menurut Ketua Panitia H. Drs. Mara laut Siregar, bahwa Hasil rapat musyawarah Pengurus FKUB, Kegiatan Desa/Kelurahan Sadar Kerukunan Tahun 2022 diadakan di Kecamatan Sayur Matinggi dan Batang Angkola, Kamis 17 Maret 2022 dengan dana yang bersumber dari Kankemenag Tapanuli Selatan.
Adapun peserta sebanyak 30 orang terdiri dari Pengurus FKUB dan Kankemenag Tapsel sebanyak 10 orang, Peserta dari unsur masyarakat sebanyak 20 orang, ucapnya.
Dalam expos Dr. H. Akhiril Pane, mengatakan bahwa kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang di landasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam negara Kesatuan republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Selanjutnya, kerukunan umat beragama dalam bingkai ke daerahan yakni Tapanuli Selatan sangat kental dengan Adat budaya Dalian Natolu. “Dalam tataran budaya Adat Dalian Natolu ini berdampak sangat baik dalam kerukunan umat beragama, sendi – sendi kearifan lokal ( local wisdom) kedaerahan kita membawa angin segar buat toleransi,” ucapnya.
“Ajaran Adat mengajarkan kedamaian sebagaimana yang tertuang dalam budaya Dalian Natolu tersebut dengan istilah ” Hormat Mar Mora, manat mardongan tubuh, elek maranak boru, ini menggambarkan sebuah kedamaian toleransi dalam kehidupan daerah kita, dari suku atau agama dari mana pun kalau dia Mora, kita harus hormat dan patuh, begitu juga elemen lain nya, ” terang Akhiril.
Drs. Dahlan Harahap menyampaikan, bahwa menyadari keberadaan kita didalam masyarakat heterogen, kita terpanggil untuk menumbuhkan dan mengembangkan persaudaraan ditengah – tengah masyarakat dan bangsa yang sedang menghadapi krisis.
“Masyarakat sangat rentan terhadap isu yang berkembang, oleh sebab itu peranan pemimpin agama, sangat penting dalam memberi informasi yang positif dan menghambat usaha- usaha memecah belah masyarakat, kita yakin bahwa para pemimpin agama masih didengar oleh umatnya, bahkan mungkin lebih didengar, dipatuhi, dibandingkan dengan pemimpin formal lainnya,” Terangnya. (M.Sir.KS.03)