TAPSEL, KORANSATU.ID– Bupati Tapanuli Selatan (Tapsel), H Dolly Pasaribu berkeyakinan kain tenun khas Tapanuli Selatan (Tapsel), bisa dikenal luas tidak hanya di Sumatera Utara (Sumut).
Menurutnya, selama ini, masyarakat sudah cukup mengenal kain tenun menjadi oleh-oleh khas Tapsel, namun kiranya menjelma menjadi industri garmen dan fashion, untuk mencapai tujuan itu, perlu kerjasama semua pihak.
“Saya punya tanggungjawab terhadap pihak- pihak yang berjuang melestarikan kain tenun kebanggaan kita, di Tapsel. Namun kita juga mengetahui, bahwa selama pandemi masyarakat diharuskan mengurangi kegiatan berkumpul seperti horja, pesta adat dan lain-lain, ini yang menyebabkan permintaan akan kain tenun menjadi berkurang,” ujar Dolly disela acara penutupan pelatihan desain fashion dan produknya di Gedung Serbaguna, Komplek Perkantoran Bupati Tapsel, Senin (14/6/2021).
“Namun melalui pelatihan ini, para desainer, penjahit, bahkan penyedia benang yang khusus, mendapat angin segar. Saling bekerja sama untuk membangkitkan tidak hanya pengrajin kain tenun dan lebih luas dari itu, bisa menjadikan seluruh proses ini menjadi industri garmen dan fashion.” tambahnya.
Dolly bercerita, bahwa Kabupaten Tapsel sempat mengikuti perlombaan kain tenun yang bertajuk, “Aku dan Kain” beberapa waktu lalu oleh Dekranasda Provinsi Sumut. Di mana, Dolly melihat betapa cepatnya masyarakat ikut berpartisipasi dalam memasarkan kain tenun sampai ke luar masyarakat Tapsel. Dari beberapa platfor media sosial Dekranasda Provinsi Sumut, animo masyarakat dalam promosi tenun Tapsel luar biasa ketika mengetahui bahwa keindahan, estetika kain tenun khas Tapsel tidak kalah dengan daerah lain.
Pada kesempatan itu, Dolly mengucapkan terima kasih kepada Bank Indonesia (BI) Cabang Sibolga dan Dekranasda Tapsel, karena telah sukses menyelenggarakan pelatihan menjahit dan mendesain kain tenun khas Kabupaten Tapsel selama 14 hari hingga selesai.
“Namun, sesuai data dari Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM, akibat penjualan kain tenun menurun derastis, dikabarkan pula kepada kita, ada penenun yang harus banting stir kembali berkebun karena usahanya sudah semakin menurun,” ucapnya.
Dari pelatihan selama 14 hari ini pula, Dolly selama dua hari penuh untuk mengamati, dan melihat semangat dari peserta menjadikan hal itu upaya untuk bangkit di masa sulit. Dolly kembali menegaskan memiliki keyakinan dari sebuah ide dan desain hingga diubah ke pakaian jadi, maka akan ada pergerakan dari beberapa sektor yang dapat ciptakan kesejahteraan masyarakat karena saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, ada seorang penenun membutuhkan benang, ternyata di Sipirok ada pembudidaya ulat sutera.
” Petani sutera juga membutuhkan petani murbei yang merupakan makanan dari ulat sutera. Setelah jadi kain khas Tapsel, kemudian diolahm menjadi pakaian, baju dengan desain kontemporer maupun klasik yang bisa dipakai di acara resmi maupun acara non formal lain,” imbuhnya.
Bupati menjadikan kehadiran Wignyo Rahadi seorang desainer kenamaan kelas dunia sebagai motivasi bagi peserta. Rancangan beliau sudah dipakai oleh beberapa orang presiden kita, yakni Presiden SBY sampai Presiden Jokowi, bahkan pernah di pakai mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama ketika berkunjung ke Indonesia.
Dolly berharap agar tetap kompak melahirkan ide yang cerdas dalam memajukan kain tenun khas Tapsel. Peserta tersebut bisa membentuk komunitas yang memajukan industri garmen berbahan dasar kain tenun khas Tapsel.
Sebelumnya, Kepala Perwakilan BI Cabang Sibolga Aswin Kosotali mengatakan, kegiatan tersebut diadakan sebagai bentuk komitmen pihaknya dalam pengembangan UMKM di Tapsel. Pengembangan UMKM itu juga dalam rangka mendukung tugas pokok BI guna menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.
Karena untuk mencapai hal itu, dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan didukung dengan kestabilan Makro Ekonomi maupun sistem keuangan. Dalam rangka pengembangan UMKM, BI menjalin kerjasama dengan pemerintah kabupaten dan kota guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah.
Pihaknya mengaku punya tiga strategi dalam pengembangan UMKM. Pertama adalah dengan cara aktif melakukan pembinaan ke UMKM. Kedua, peningkatan kapasitas dari UMKM, SDM, dan lainnya, yang terhubung dengan teknologi digital. Ketiga, program harus terhubung dengan akses kebudayaan sehingga bisa lebih mudah dihubungkan dengan akses-akses pembiayaan.
” Harapan kita UMKM bisa naik kelas dan tidak hanya menasional atau “Go National tapi harus bisa ekspor dan di kenal dunia internasional atau “Go International,” harapnya.
Sementara Ketua Dekranasda Tapsel, Ny. Rosalina Dolly Pasaribu, berharap pelaksanaan pelatihan dapat meningkatkan kualitas maupun pemasaran kain tenun Tapsel. Dengan adanya desainer dan penjahit lokal yang kualitas SDM-nya mumpuni, diharap even-even fashion show ke depan hasilnya semakin berkualitas.
Ketua Dekranasda Tapsel menjelaskan, dari situ, masyarakat akan kembali melirik, kain tenun Tapsel bisa digunakan selain acara formal dan resmi, juga acara non formal maupun keluarga. Ditambah desain yamemprediksi sesuai tren masa kini, diyakini permintaan akan kain tenun Tapsel akan bertambah. Lebih jauh dari itu, jika selama ini kain tenun Tapsel menjadi oleh-oleh, ke depan jika masyarakat bertanya apa oleh-oleh khas Tapsel maka masyarakat akan menjawab fashion khas Tapsel lah yang jadi primadona.
” Dekranasda Tapsel akan terus mendampingi dan memfasilitasi untuk industri kriya dan fesyen di Tapsel. Sehingga, Dekranasda Tapsel bisa menjadi wadah pembinaan, pendampingan, fasilitasi, promosi, dan pemasaran produk-produk khususnya tenun Tapsel,” kata Ny Rosalina yang juga Ketua TP PKK Tapsel. (M.Sir.KS.03)