SIDOARJO, KORANSATU.ID – Dalam kegiatan Uri-Uri Budaya yang sempat Fakum pada masa pandemi, saat ini Paguyuban “Jagad Nuswantoro” menyelenggarakan kesenian budaya Jaranan Jefri Wijoyo dan Bantengan Putro Kendali Sodo sekaligus Bakti Sosial ( Baksos) di Musium Mpu Tantular Buduran Sidoarjo, Minggu (26/5/24).
Mbah Petruk selaku pimpinan dari Jagad Nuswantoro, telah disampaikan dengan singkat bahwa acara yang ini untuk menciptakan rasa kekeluargaan biar semakin guyub, rukun, kompak selalu, karena anggota kita sudah banyak mencapaki kurang lebih 50, serta untuk nguri – uri budaya seperti kesenian jaranan ataupun reog biar tidak punah dengan berkembangnya jaman serta tidak terkikis oleh jaman atau diklaim oleh negara lain
Sementara Ketua Panitia, Sapto Jumadi menjelaskan, kegiatan yang dilaksanakan hari ini sebagai wujud rasa syukur yang pertama karena Paguyuban Jagad Nuswantoro ini baru saja berlegalitas sekaligus berbadan hukum, dan yang kedua kami ingin melestarikan serta menghidupkan kembali dimana budaya warisan dari leluhur kita dimana sudah mulai punah, supaya tidak di klaim oleh negara lain seperti contoh budaya Reog yang telah diklaim oleh Malaysia. Maka dari itu kalo bukan kita siapa lagi yang akan terus melestarikan budaya ini.
” Adapun dana dalam kegiatan ini murni swadaya para anggota. “ungkapnya.
Ketua DPRD Kabupaten Sidoarjo, H.Usman mengatakan, acara tersebut merupakan kegiatan yang sangat baik dan positif.
” Kami berharap mereka menggali kebudayaan yang ada di Sidoarjo. Saya yakin banyak sekali potensi yang di miliki masing-masing desa. Dan saya yakin tiap daerah tentunya punya kebudayaan yang berbeda,” ujarnya.
Harapan kami Melalui Paguyuban Persaudaraan Sambung Nuswantoro ini mereka mampu menyatukan dan mengiventarisir serta selanjutnya bagaimana cara untuk uri – uri budaya itu agar tetap hidup di kabupaten Sidoarjo. Karena melalui budaya ini tentunya mampu memberi edukasi kepada masyarakat khususnya kepada anak kita agara tidak kehilangan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia yang memiliki beragam budaya yang antar daerah berbeda.
Masih disampaikan oleh H. Usman bahwa legalitas dari pada paguyuban ini harus berbentuk badan hukum, dan nanti kedepan pemerintah harus hadir dalam berkontribusi atau mensupport dari sisi Anggaran untuk kegiatan budaya yang ada di Sidoarjo.
Dan yang harus kita lakukan saat ini karena sudah melewati masa pandemi menuju endemi, bahwa Teman-teman pelaku seni dan budaya, supaya bisa menghidupkan kembali serta mempergunakan Gedung Dewan Kesenian yang berada di Jl Airlangga Sidoarjo, yang notabenya untuk mensupport serta memfasilitasi pelaku seni dan budaya yang ada di Sidoarjo.
” Saya harap kegiatan ini bisa menghibur dan bermanfaat bagi masyarakat yang ikut dalam pengobatan alternatif,” ungkapnya. (Andik)