JAKARTA, Koransatu.id – Sejumlah warga mengeluhkan keberadaan lapak pembakaran arang, peleburan timah dan warung remang2 yang berada di Jalan Inspeksi Cakung Drain, Kelurahan Cilincing, Cilincing, Jakarta Utara. Warga kerap merasakan sesak nafas, akibat asap dan debu saat proses pembakaran arang dan peleburan timah serta banyaknya warung remang-remang.
Sutiah (36), warga Kampung Sawah, Kelurahan Semper Timur, Cilincing mengatakan, asap dan debu yang dihasilkan saat proses pembakaran arang dan peleburan timah sangat mengganggu pernapasan,iritasi mata jadi akhirnya aktivitas warga di sekitar itu juga tergangu,dan tercoreng bukan hanya asep tapi juga mangkin banyaknya tempat2 hiburan liar yang mulai buka pada sore hari hingga larut malem,padahal Cilincing merupakan tempat pariwisata keagamaan,karena di apit dua mesjid kuno yg di bangun jaman wali,ujar apan warga yg sering mengunjungi mesjid al alam,dan tempat warga juga sudah mendapat sebutan tempat durjana.
“Kami (warga_red) sangat terganggu adanya asap dan debu serta warung remang2 tersebut. Ini setiap hari kami rasakan, bila malem hari ramainya cape warung remang2,tapi pada waktu siang terutama saat proses pembakaran batok kelapa menjadi arang dan peleburan timah hingga sore hari,”kata Sutiah saat ditemui di Jalan Inspeksi Inspeksi Cakung Drain, Kelurahan Cilincing, Cilincing, Jakarta Utara, Rabu (11/9).
Dikatakan, saat asap dan debu itu muncul, jarak pandang di sekitar lokasi lapak itu pun hanya berkisar 50 meter. Sehingga tak sedikit kendaraan yang melintas terlibat kecelakaan lalu lintas. Apalagi, tambahnya, kalau malam hari dipinggir kali dan got sudah di bangun cafe remang-remang permanen. Dan seolah-olah keadaan ini dibiarkan saja oleh aparat kelurahan,kecamatan, bahkan sudin trantib. “Mereka semua tutup mata,” kata warga setempat.
Fatalnya, asap dan debu tersebut menjadi pemicu salah satu warga Kampung Sawah meninggal dunia akibat mengidap infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
“Kadang kala kampung sawah jadi tempat pelarian wanita penghibur apabila ada razia,” ujar warga kampung sawah.
Harapan kami lapak pembakaran batok dan bangunan cape liar yg di jadikan remang itu harus ditutup dan dipindahkan ke lokasi lain. Kami juga paham lapak itu tempat usaha, tapi kami juga ngga mau sampai sakit paru-paru akibat menghirup asap dan debu itu setiap hari.dan pemandangan yang sangat tdk bagus untuk anak2 Kami yang masih sekolah dan butuh udara yang segar,” imbuhnya.
Siswa SDN Cilincing 07 Pagi Cinta Sari (12) menerangkan, asap dan debu proses pembakaran arang dan peleburan timah seringkali menyelimuti sekolah yang berlokasi tak jauh dari lapak tersebut.
Hal senada juga dikatakan teguh bukan hanya asap tapi bangunan cafe dan warung remang-remang itu juga bisa mempengaruhi anak sekolah. “Mereka berpakaian seronok jadi pemandangan umum yg tidak pantas di lihat anak sekolah,” tukasnya. (Red/Tjip)