JAKARTA, KORANSATU.ID – SMPN 191 Jakarta menggelar kegiatan Proyek Penguatan Profil Pancasil (P5) dengan mengambilan tema, kearifan lokal budaya Betawi, di Halaman Sekolah, Jl Duri Raya No. 2 Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.Senin (5/6/23).
Ketua Panitia Roby mengatakan, pihaknya ingin mengajak siswa sebagai warga Betawi, memahami tentang budayanya, dan mencintai budayanya. Sebagai keragaman budaya Nasional. Sehingga dalam kegiatan ini, mereka sebagai warga Jakarta, mengetahui tentang kebudayaan Betawi.karna acara ini sudah menjadi Program kepala sekolah, para guru, dan orangtua yang membantu program yang di kemas bersama.
Kepala SMPN 191 Jakarta Ahmad Rojali mengatakan, kegiatan tersebut sangat cocok untuk kurikulum merdeka, karena siswa dipersiapkan untuk membangun diri menjadi insan yang kreatif, inovatif, dan dapat mengembangkan diri mereka dengan persiapan yang ada. sehingga mereka praktek langsung tentang bagaimana melatih kemandirian, tanggung jawab. Agar mereka dikemudian hari menjadi manusia-manusia unggul, sebagai generasi emas di tahun 2045. Rojali berharap kita, mereka dapat mencapai itu. Sebagai generasi yang dipersiapkan untuk bangkit.
“Alhamdulillah turut hadir bapak Wawu Al Mubasir Kasie PKLK para kepala sekolah SMPN wilayah Kebon Jeruk,” ujarnya.
Sementara Wawu Al Mubasir Kasi PKLK mengatakan, pada prinsipnya dari Sudin mendukung kegiatan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah, khususnya hari ini di SMP Negeri 191 Jakarta. Bahwa Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 itu, merupakan perwujudan dari pelaksanaan Kurikulum Merdeka.
Sekolah, Guru & Kepala Sekolah memberikan pengalaman pembelajaran secara langsung kepada siswa atau peserta didik. Sehingga dengan anak-anak mengalami secara langsung proses pembelajaran itu akan lebih melekat, akan lebih memahami, sehingga anak-anak diharapkan punya pengalaman langsung tadi, kemudian mandiri, percaya diri, disiapkan bahwa siswa-siswi kita ini sebagai generasi emas.
Lanjut Wawu Al Mubasir, Negara kita juga merencanakan Indonesia emas itu pada tahun 2045 nanti. Nah usia siswa SMP ini rata-rata kan 12 hingga 13 tahun, kalau ditambah 22 tahun lagi, berarti usia anak sekitar 35 atau 36 tahun. Itukan usia produktif, untuk kehidupan manusia, sehingga diharapkan diantara peserta didik ini, ada yang menjadi Tokoh-tokoh Nasional. Ada yang menjadi generasi-generasi yang potensial dalam menghadapi era Indonesia emas tadi.
Wawu menambahkan, Prosesnya tentu berbeda, ada perbedaan antara Kurikulum lama dengan Kurikulum Merdeka. Akan tetapi secara hakikat, secara subtansi, yang namanya kurikulum itu sebenarnya mirip-mirip. Hanya teknis & proses pembelajaran nya saja yang berbeda, mengalami penyempurnaanya. (Hendra)