INDRAMAYU, Koransatu.id – Sejumlah masyarakat yang tergabung dalam 25 Kelompok Petani (Poktan) Desa Sudimampir, Kecamatan Sliyeg Indramayu, khusunya Blok Pertamina mempertanyakan pelaksanaan pekerjaan embung dirubah menjadi Jaringan Irigasi Tersier Usaha Tani (JITUT). Apalagi, pekerjaan Jitu bukan membangun dari awal (proyek baru) tapi hanya bersifat memoles (memperbaiki) yang sudah ada atau irigasi lama.
Seperti dikatakan salah satu
petani Blok Pertamina yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, beberapa waktu lalu dirinya pernah melihat adanya perbaikan saluran irigasi yang sedang dikerjakan.
“Saya lihat, pekerjanya bukan orang sini, cuma ada Raksa Bumi (pengawas pengairan desa) sekali-sekali datang melihat pekerjaan itu, lalu pergi lagi ” katanya sambil menjemur kacang kedelai hasil panen.
Ketika hal itu dikonfirmasikan kepada Taryono, Ketua kelompok Tani Sub Sri Mulya, yang juga merangkap Raksa Bumi Desa Sudimampir, dirinya membenarkan hal tersebut.
Menurut Haryono, sebetulnya ini adalah pekerjaan embung namun karena potensi pengumpulan air tidak ada, maka dilakukan perubahan pekerjaan menjadi Jitut. Bahkan, tambahnya, hal itu sudah dibicarakan dengan konsultan pekerjaan.
Disinggung mengenai pekerjaan Jitut yang menumpang pada saluran irigasi yang sudah ada, Taryono mengalihkan pembicaraan dengan membicarakan mengenai susunan pengurus Sub Sri Mulya.
“Semua dokumen kelompok pembicaraan saya serahkan, baik ke konsultan maupun kordinator BPP Kecamatan Sliyeg,” ujarnya mengelak.
Disesak pertanyaan, siapa yang melaksanakan pekerjaan tersebut, lagi-lagi, Taroyono mengelak. “Semuanya sudah dari sana. Kita sebagai penerima manfaat saja. Berapa nilai anggaranya semua, kami tidak mengetahui,” kilahnya.
Sementara itu, Ketua DPD Topan Kabupaten Indramayu Dedi Harsono sangat menyayangkan adanya perubahan pelaksanaan pekerjaan embung. Apalagi pekerjaanya hanya bersifat memoles pekerjaan yang sudah ada.
“Perubahan pekerjaan embung akan kami tindaklanjuti. Bukan itu saja, 25 Poktan penerima bantuan pembangunan embung dengan nilai anggaran Rp 4 993 800 000.- yang tersebar pada 25 Desa kondisi pekerjaan sangat amburadul,” katanya. (Red/Otong.S)