JAKARTA, KORANSATU.ID–Anggota Komisi III DPR Siti Nurizka Puteri Jaya menyatakan kerja nyata dari Bareskrim Polri yang berhasil mengungkap salah satu gembong besar narkoba Fredy Pratama memiliki dampak yang luar biasa untuk masyarakat Indonesia.
Seperti diketahui, jejak Fredy Pratama berhasil diungkap setelah adanya barang bukti berupa 10,2 ton Sabu dan 116 ribu butir Ekstasi. Rizka menyatakan hal tersebut merupakan hasil dari kerja nyata, kerja keras dan kerja tanggap dari Bareskrim Polri serta jajaran terkait.
“Saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya terhadap penangkapan sindikat Narkoba terbesar di Indonesia dengan barang bukti sebesar 10,2 ton Sabu dan 116 ribu butir Ekstasi,” katanya, Kamis, (14/09/2023).
Menurutnya, selain berdampak kuat pada penegakan hukum, langkah Polri tersebut juga berhasil menyelamatkan generasi penerus bangsa.
Lebih jauh dia mengatakan penangkapan tersebut merupakan hasil dari kerja cepat tanggap dari rekan-rekan Bareskrim Polri beserta seluruh jajaran.
Politisi Fraksi Partai Gerindra ini juga mengungkapkan hal tersebut tidak lepas dari kerja sama Polri bersama rekan-rekan dari polisi internasional Malaysia, polisi Internasional Thailand dan juga US-DEA (Badan Narkotika Amerika Serikat).
“Saya juga ingin mengapresiasi terhadap Kinerja hasil operasi bersama Polri dengan rekan-rekan Internasional dari Royal Malaysia Police, Royal Thai Police, hingga US-DEA,” ujarnya.
Rizka juga menyatakan, Bareskrim harus terus melanjutkan kerja nyata dalam mengungkapkan kasus besar termasuk sindikat narkoba. Pasalnya, hal tersebut sangat penting untuk dapat mewujudkan Indonesia yang sehat tanpa narkoba dan juga dapat menyelamatkan masa depan generasi penerus bangsa.
Sebelumnya, Bareskrim Polri berhasil menangkap total 39 anak buah bandar besar narkotika jaringan internasional Fredy Pratama alias Miming alias Cassanova. Kabareskrim Polri Komjen Wahyu Widada menyebut sosok Fredy Pratama merupakan salah satu sindikat penyalur narkotika terbesar di Indonesia.
Fredy sendiri telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 2014.
Wahyu mengungkapkan, berdasarkan hasil analisa yang dilakukan Direktorat Tindak Pidana Narkoba, mayoritas narkoba yang dibawa ke Indonesia terafiliasi dengan jaringan Fredy Pratama. (John Andhi Oktaveri)