JAKARTA, KORANSATU.ID – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga resmi membuka acara 7th ASEAN Children’s Forum (ACF) atau Forum Anak ASEAN Ke–7, di Gedung Sekretariat ASEAN Jakarta, pada Rabu (16/11). Menteri PPPA mengajak para delegasi Forum Anak dari negara-negara ASEAN untuk bersama-sama berkontribusi membangun ketahanan digital bagi anak–anak di ASEAN.
Bintang mengatakan, bertemakan “Membangun Ketahanan Digital untuk Anak-Anak ASEAN”, ACF ke-7 bertujuan menjadi platform bagi anak–anak untuk berdiskusi, bertukar ide dan praktik terbaik, membahas dan menghasilkan rekomendasi tentang literasi digital, termasuk dunia maya yang aman, aspek kesehatan mental, dan kesenjangan digital yang ada di seluruh wilayah.
Dalam siaran resminya yang diterima media, Kamis (17/11/2022).
Lebih lanjut Menteri Bintang menuturkan, mengaku senang menjadi tuan rumah acara ini, terutama karena ini merupakan ACF pertama yang diadakan dalam format hybrid sejak pandemi. Selain rangkaian kegiatan di Jakarta, delegasi ACF juga akan bergabung dengan sekitar 300 anak dari seluruh Indonesia untuk merayakan Hari Anak Sedunia di Kota Manado dan Tomohon, Sulawesi Utara pada 20 November mendatang.
Forum ACF berfungsi sebagai platform strategis untuk mengkomunikasikan suara anak–anak di Kawasan ASEAN untuk masa depan Kawasan ASEAN. Besar harapan agar Forum ini menjadi batu loncatan bagi anak–anak di Kawasan ASEAN untuk tetap terhubung dan bekerja sama dalam semangat komunitas ASEAN untuk memastikan terpenuhinya hak dan perlindungan khusus anak.
Sementara itu, Deputy Secretary-General (DSG) of ASEAN for Socio-Cultural Community (ASCC), H.E. Ekkaphab Phanthavong menyampaikan kemajuan teknologi dan ekonomi yang tumbuh dengan pesat, telah membuat dunia lebih terkoneksi. Namun, bukti menunjukkan sekitar 6 dari 10 anak usia 8-12 tahun terpapar berbagai risiko di dunia maya. Meningkatnya risiko potensi bahaya yang dihadapi anak-anak karena penggunaan teknologi yang berlebihan, seperti penyalahgunaan dan eksploitasi, terlihat jelas selama pandemi Covid-19.
“Penting untuk mempromosikan ketahanan digital dan literasi digital di kalangan anak-anak dan keluarga. Anak-anak harus dibekali dengan pengetahuan dan informasi yang mereka butuhkan sehingga dapat dengan aman terlibat dan menavigasi dunia digital. Anak-anak harus didorong untuk menggunakan suara mereka secara online untuk mendukung orang lain. Perspektif dari anak–anak harus dapat menyuarakan peningkatan dan inovasi dalam platform digital untuk memastikan kesejahteraan anak-anak secara keseluruhan, dengan prinsip “no one left behind”, tanpa ada satupun yang tertinggal, terlupakan, atau terpinggirkan haknya,” ujarnya. (Guffe)